Clay, pemuda tampan itu telah memeluk Kristen Evangelis selama 20 tahun. Sewaktu kuliah di Universitas Arizona, jiwa "misionaris"-nya tumbuh. Cita-citanya saat itu adalah mengkristenkan salah seorang temannya yang Muslim. Siapa sangka, justru Clay yang kemudian masuk Islam.
Jiwa "Misionaris"
Saat di bangku kuliah itu, Clay berusia antara 18-20 tahun. Ia sering belajar bersama teman-temannya di perpustakaan. Di antara teman kelompoknya itu, ada satu orang Muslim. Dalam kelompok itu, mereka sering terlibat pembicaraan di luar kuliah. Kadang-kadang masalah keagamaan.
Clay menginginkan temannya yang Muslim itu menjadi penganut Kristen. Clay bertekad mempengaruhinya. “Aku akan membawa orang ini menuju Kristus,” ujar Clay dalam hati.
Clay memulai misinya. Ia memberi masukan temannya tentang Kristen. Tidak hanya sekali, Clay mencobanya hingga beberapa kali. Bahkan ketika di rumah, Clay mendoakan teman Muslimnya supaya masuk Kristen.
Mendapati Clay bergelagat aneh, sang kawan yang Muslim lantas menanyakan apa yang sebenarnya diinginkan Clay.
"Dengar, aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan. Jika kau ingin mobil, aku akan membelikanmu mobil,” kata temannya saat itu, yang sangat baik kepada Clay. Clay mengutarakan maksudnya, bahwa ia tak menginginkan apapun darinya kecuali ia menjadi Kristen.
Mendengar itu, teman Muslim Clay menceritakan bahwa ia dulunya adalah seorang atheis. Dari atheis ia menganut Kristen, lalu pindah ke Katholik. Terakhir Allah memberinya hidayah hingga masuk Islam.
Titik Awal Hidayah
Informasi dari temannya yang Muslim mulai mengusik Clay. Namun ia tetap ke gereja hingga usianya mencapai 20 tahun.
Waktu terus berlalu, tidak banyak perubahan pada diri Clay. Menjelang usia 30-an, ia merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya. Clay penasaran tentang Islam.
Clay masih ragu. Hatinya bimbang antara ya dan tidak. Hingga sembilan bulan kemudian, Clay memutuskan untuk mempelajari Islam. “Jadi aku pergi ke toko buku dan membeli Al-Qur'an terjemahan dan mulai membacanya,” ujarnya.
Sebulan membaca Al-Qur'an, Clay kini memiliki gambaran yang berbeda tentang Tuhan. Dari Al-Qur'an, Clay menyadari Islam adalah agama yang sangat terfokus dan bahwa Tuhan adalah sumber dari segala kekuatan yang ada.
Bersyahadat Setelah 18 Bulan Belajar Islam
Clay meneruskan mempelajari Islam hingga delapan belas bulan. Hingga suatu hari ia terbangun di tengah malam. "Hei, subhannallah, saya Muslim!", ujarnya spontan.
Belakangan Clay tahu bahwa apa yang ia alami adalah hidayah. "Siapa yang diberi hidayah oleh Allah maka tidak seorangpun yang bisa menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh Allah maka tida seorangpun yang bisa memberinya petunjuk," katanya mengutip hadits riwayat Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa'i.
Clay juga tidak mampu menjelaskan secara rinci bagaimana ia mendapatkan hidayah itu setelah 18 bulan mempelajari Islam.
“Saya tidak pernah tahu bagaimana pikiran saya bisa berubah. Allah yang mengendaki saya suatu hari akan memeluk Islam. Alhamdulillah, setelah 18 bulan, aku tiba-tiba terbangun dengan rasa iman di dada dan (tiba-tiba) mengenali-Nya,” kenangnya.
Kini, setelah menjadi Muslim, Clay berharap semua umat Islam di dunia mendapatkan hidayah agar ibadah yang dilakukannya semakin baik dan sempurna. Ia merasa sedih dengan pemberitaan tentang Islam yang beredar di media, yang menyudutkan Islam sebagai agama teroris.
“Sangat menyedihkan bahwa orang tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang Islam dalam berita dan media,” ujarnya, “Padahal seorang muslim sejati tidak akan pernah menjadi teroris. Dan teroris itu bukanlah muslim sejati.”